SEJARAH
PENDIRIAN MENWA
Tanggal 13 Juni – 14 September
1959 diadakan wajib latih bagi para mahasiswa di Jawa Barat. Mahasiswa yang
memperoleh latihan ini siap mempertahankan home-front dan bila perlu ikut
memanggul senapan ke medan laga. Mahasiswa-mahasiswa walawa (WAJIB LATIH)
dididik di Kodam VI/ Siliwangi dan para walawa diberi hak mengenakan lambang
Siliwangi.
Pada tanggal 19 Desember 1961
di Yogyakarta, Komando Pimpinan Besar Revolusi Presiden RI Bung Karno
mencetuskan Trikora. Seluruh rakyat menyambut komando ini dengan gegap gempita
dengan semangat revolusi untuk merebut Irian Barat; termasuk juga mahasiswanya.
Isi Trikora:
1. Pantjangkan Sangsaka Merah Putih di Irian Barat
2. Gagalkan Negara Boneka Papua
3. Adakan Mobilisasi Umum
1. Pantjangkan Sangsaka Merah Putih di Irian Barat
2. Gagalkan Negara Boneka Papua
3. Adakan Mobilisasi Umum
Sejak Trikora bergema maka
kewaspadaan nasional makin diperkuat, makin memuncak sehingga timbul rencana
pendidikan perwira cadangan di Perguruan Tinggi. Berdasarkan dua surat
keputusan Pangdam VI Siliwangi, maka oleh pihak Universitas pada 20 Januari
1962 dibentuk suatu badan koordinasi yang diberi nama Badan Persiapan
Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Dam VI Siliwangi (disingkat BPP)
Resimen Mahasiswa DAM VI/ Siliwangi, beranggotakan :
1. Prof. drg. R. G. Surya Sumantri ( Rektor Unpad) selaku Koordinator
2. Dr. Isrin Nurdin (Pembantu Rektor ITB) selaku Wakil Koordinator I
3. Drs. Kusdarminto (PR Unpar) selaku wakil Koordinator II
4. Major. Moch. Sunarman dari PUS PSYAD pada waktu itu selaku sekretaris.
1. Prof. drg. R. G. Surya Sumantri ( Rektor Unpad) selaku Koordinator
2. Dr. Isrin Nurdin (Pembantu Rektor ITB) selaku Wakil Koordinator I
3. Drs. Kusdarminto (PR Unpar) selaku wakil Koordinator II
4. Major. Moch. Sunarman dari PUS PSYAD pada waktu itu selaku sekretaris.
Pada Februari 1962 diadakan
Refreshing Course selama sepuluh minggu di Resimen Induk Infantri dan
dilanjutkan dengan latihan selama 14 hari yang dikenal dengan sebutan Latihan
Pasopati. Pada 20 Mei 1962 anggota Resimen Mahasiswa Angkatan 1959 dilantik
oleh Pangdam VI/SLW menjadi bagian organik dari Kodam VI/SLW. Dalam rencana
kerja empat tahunnya tercantumlah pembentukan kader inti dan ini sudah
terlaksana sejak permulaan semester 2 tahun ajaran 1962-1963. termasuk
pembentukan kader inti putri. Mahasiswa/i Jabar (Bandung khususnya) mengikuti
Latihan di Bihbul, tempat penggodokan prajurit-prajurit TNI. (Sekarang Secaba
Dam III/ Slw, Bihbul).
Satuan-satuan inti dari Yon
mahasiswa dari beberapa universitas dan akademi dikirim ke tempat ini di bawah
asuhan pelatih-pelatih dari RINSIL. 12 Juni 1964 keluarlah Surat Keputusan
Menteri Koordinator Komponen Pertahanan dan Keamanan DR. A.H. Nasution Jenderal
TNI yang mengesahkan Duaja Resimen Mahawarman. Penyerahan Duaja dilakukan oleh
Menko sendiri. Garuda Mahawarman resmi berdiri berdampingan dengan Harimau
Siliwangi.
MASA PENEGAKAN KEDAULATAN REPUBLIK INDONESIA
- Dengan
diakuinya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai
hasil keputusan KMB di Den Haag, pada tanggal 27 Desember 1949, maka
perang kemerdekaan, yang telah mengorbankan jiwa, raga dan penderitaan
rakyat berakhir sudah, Karenanya pemerintah memandang perlu agar para
pemuda pelajar dan mahasiswa yang telah ikut berjuang dalam perang
kemerdekaan, dapat menentukan masa depannya, yaitu perlu diberi kesempatan
untuk melanjutkan tugas pokoknya, "BELAJAR". Sehingga pada
tanggal 31 Januari 1952 pemerintah melikuidasi dan melakukan
demobilisasi Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar. Para anggotanya diberi dua
pilihan, terus mengabdi sebagai prajurit TNI atau melanjutkan studi.
- Kondisi
sosial ekonomi dan politik di dalam negeri sebagai akibat dari pengerahan
tenaga rakyat dalam perang kemerdekaan, dianggap perlu diatur dan
ditetapkan dengan undang - undang. Maka dikeluarkanlah Undang - Undang No.
29 tahun 1954 tentang Pertahanan Negara. Pada dekade 1950-an, ternyata
perjalanan bangsa dan negara ini mengalami banyak ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan. Pemberontakan demi pemberontakan terjadi di tengan
- tengah perjuangan untuk membangun dirinya. Pemberontakan itu antara
lain DI/TII, pemberontakan Kartosuwiryo dan sebagainya. Pemberontakan
meminta banyak korban dan penderitaan rakyat banyak. Rakyat tidak bisa
hidup dengan tenang, karena situasi tidak aman dan penuh kecemasan.
MENGENAL LEBIH DEKAT PERJALANAN
SEJARAH RESIMEN MAHASISWA
Di era orde
baru salah satu perkembangan terpenting dalam perjalanan Menwa adalah keluarnya
surat Keputusan Bersama tiga Menteri, Mendikbud, Menhankam, mendagri No.Kep/39/XI/1975
tanggal 11/11/75 ttentang pembinaan organisasi Menwa ; yang ditindak lanjuti
dengan SKB menhankam,Mendikbud, dan Mendagri No.Kep 02/!/1978 tanggal 19/1/1978
tentang petunjuk pelaksanaan Pembinaan organisasi menwa . secara umum sasaran
pembinaan menwa di arahkan pada
1. terwujudnya menwa sebagsai patriot pejuang, pelopor dalam pembangunan sebagai inssan Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan YME
2. terwujudnya identitas Menwa sebagai mahasiswa Indonesia yang terlatih dan sadar akan tanggung jawabnya dalam pembangunan negara serta menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi selain sebagai komponen kekuatan Hankam
3. tewujudnya penghayatan, penyerapan serta pelaksanaan tekad dan pendirian Resimen mahasiswa Indonesia sebagai sumpah setia terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Melalui konsep NKK/BKK, yang dicetuskan oleh DR. Daoed Joesoef, Mendikbud waktu itu, Menwa ditempatkan sebagai salah satu unit kegiatan resmi di tingkat universitas. Dengan mereka mempunyai kesejajaran dengan unit kegiatan mahasiswa (ukm) lainnya seprti Pecinta Alam, marching Band, Pramuka , pers kampus dll. Mereka digolongkan dalam pembianaan minat, bakat dan Kegemaran. Namun secara structural pembinaan meliputi tran- departemental, disitulah awal “konflik” itu barangkali timbul.
Dalam wacana kemahasiswaan,mereka dibawah mendikbud, karena semata-mata mereka adalah mahasiswa Indonesia , yang juga mahasiswa Indonesia lainnya yang memiliki status mahasiswa. Unsur pembinaan dari Menhankam , oleh karena itu secara atributifdan posisi mahasiswa itu dibekali dengan teori-teori dan praktik ketentaraan dan kesatrian yang seperti yang dicontohkan untuk militer kita, dan berkaitan dengan Depdagri, karena walau bagaimanapun, sebagai salah satu bentuk dari unsure bela negara, maka dia ditempatkan di bawah koordinasi Pertahanan sipil, yakni Mawil hansip. Jadi memang secara structural pula, Menwa adalah Komcadnas.
Sedang aspek paling menonjol karena fungsi kesetaraan itu di Indonesia itu untuk trend sekarang dibawah Orde Baru adalah bahwa ABRi ikut terjun dalam dunia politik, maka sulit rasanya di elakkan kalau dikatakan bahwa mereka pun telah memainkan fungsi-fungsi dari DWI-fungsi ABRI. Ini pulalah memicu tuduhan bahwa mereka dalam performansinya lebih mirip tentara dari pada sebagai sosok mahasiswa. Ini terlihat dari atribut yang dikenakan , dari cara berjalan , dan secara psikologis jiwa sesama korps (espirit de corps) lebih kuat karena mereka digodok di kawah candradimuka untuk beberapa minggu. “Setting” politik ini memang tak menguntungkan Menwa “generasi baru” ini sejak awal mereka diposisikan sebagai pengamanan kampus yang harus berhadapan dengan gerakan-gerakan mahasiswa yang semakin terdesak ke dalam kampus. Saat itu lazim terdengar ejekan kepada menwa sebagai “alat penguasa”. Kerana sejak akhir 1970-an, mereka cenderung diminorkan oleh mahasiswa relatif menyusut, sumber perselisihan antar menwa dengan non-menwwa berlangsung pada wilayah ini. Karena, terkadang , persoalan sepele—perbedaan penafsiran tentang kedisiplinan misalnya— menwa ditempatkan sebagai penjaga kepentingan dan pimpinan perguruan tinggi setiap kali terjadi konflik dengan mahasiswa. bagaimana sekarang sikap menwa dikampus..kita lihat saja pergerakan mahasiswa sekarang lebih brutal merusak kampus dan perkalian antar kampus maupun antar fakultas..apa menwa sekarang berdiam diri..siapa yang salah sebenarnya..? pasti perubahan yang kebabbalasan kurang perhatiannya para rektorat dengan Menwa indonsia
1. terwujudnya menwa sebagsai patriot pejuang, pelopor dalam pembangunan sebagai inssan Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan YME
2. terwujudnya identitas Menwa sebagai mahasiswa Indonesia yang terlatih dan sadar akan tanggung jawabnya dalam pembangunan negara serta menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi selain sebagai komponen kekuatan Hankam
3. tewujudnya penghayatan, penyerapan serta pelaksanaan tekad dan pendirian Resimen mahasiswa Indonesia sebagai sumpah setia terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Melalui konsep NKK/BKK, yang dicetuskan oleh DR. Daoed Joesoef, Mendikbud waktu itu, Menwa ditempatkan sebagai salah satu unit kegiatan resmi di tingkat universitas. Dengan mereka mempunyai kesejajaran dengan unit kegiatan mahasiswa (ukm) lainnya seprti Pecinta Alam, marching Band, Pramuka , pers kampus dll. Mereka digolongkan dalam pembianaan minat, bakat dan Kegemaran. Namun secara structural pembinaan meliputi tran- departemental, disitulah awal “konflik” itu barangkali timbul.
Dalam wacana kemahasiswaan,mereka dibawah mendikbud, karena semata-mata mereka adalah mahasiswa Indonesia , yang juga mahasiswa Indonesia lainnya yang memiliki status mahasiswa. Unsur pembinaan dari Menhankam , oleh karena itu secara atributifdan posisi mahasiswa itu dibekali dengan teori-teori dan praktik ketentaraan dan kesatrian yang seperti yang dicontohkan untuk militer kita, dan berkaitan dengan Depdagri, karena walau bagaimanapun, sebagai salah satu bentuk dari unsure bela negara, maka dia ditempatkan di bawah koordinasi Pertahanan sipil, yakni Mawil hansip. Jadi memang secara structural pula, Menwa adalah Komcadnas.
Sedang aspek paling menonjol karena fungsi kesetaraan itu di Indonesia itu untuk trend sekarang dibawah Orde Baru adalah bahwa ABRi ikut terjun dalam dunia politik, maka sulit rasanya di elakkan kalau dikatakan bahwa mereka pun telah memainkan fungsi-fungsi dari DWI-fungsi ABRI. Ini pulalah memicu tuduhan bahwa mereka dalam performansinya lebih mirip tentara dari pada sebagai sosok mahasiswa. Ini terlihat dari atribut yang dikenakan , dari cara berjalan , dan secara psikologis jiwa sesama korps (espirit de corps) lebih kuat karena mereka digodok di kawah candradimuka untuk beberapa minggu. “Setting” politik ini memang tak menguntungkan Menwa “generasi baru” ini sejak awal mereka diposisikan sebagai pengamanan kampus yang harus berhadapan dengan gerakan-gerakan mahasiswa yang semakin terdesak ke dalam kampus. Saat itu lazim terdengar ejekan kepada menwa sebagai “alat penguasa”. Kerana sejak akhir 1970-an, mereka cenderung diminorkan oleh mahasiswa relatif menyusut, sumber perselisihan antar menwa dengan non-menwwa berlangsung pada wilayah ini. Karena, terkadang , persoalan sepele—perbedaan penafsiran tentang kedisiplinan misalnya— menwa ditempatkan sebagai penjaga kepentingan dan pimpinan perguruan tinggi setiap kali terjadi konflik dengan mahasiswa. bagaimana sekarang sikap menwa dikampus..kita lihat saja pergerakan mahasiswa sekarang lebih brutal merusak kampus dan perkalian antar kampus maupun antar fakultas..apa menwa sekarang berdiam diri..siapa yang salah sebenarnya..? pasti perubahan yang kebabbalasan kurang perhatiannya para rektorat dengan Menwa indonsia
Sejarah Menwa
bisa dilacak sampai 49 tahun yang lalu. Yang mengawali nya adalah keterlibatan
sejumlah mahasiswa FK-Unpad dalam penumpasan DI/TII Karto suwiryo, 1959. mereka
diikut sertakan langsug dalam operasi militer tersebut, sesudah memperoleh
latihan militer di Kodam militer Siliwangi.
Tim ini kemudian berkembang menjadi Resimen Mahawarman dan diresmikan pada 13 Juni 1959. sesudah mahawarman dan di UI Jakarta dibentuk pula resimen serupa dengan nama mahajaya, pada 1962. perkembangan di kedua universitas ini menjadi daya dorong bagi Resimen mahasiswa yang lain—sebagai salah satu unsure pertahanan sipil(Hansip)—di banyak perguruan tinggi Indonesia lainnya.
Namun yang dilakukan menwa pada saat itu bukanlah untuk melawan para Mahasiswa sendiri. Misalnya Soekarno mengomandokan “Trikora”, para anggota Menwa menjdai bagian dari tim sukarelawan yang dikirim ke Irian Jaya. Jadi betul-betul terjun ke medan pertempuran. Tugas intelijen mulai dilakukan mereka di saat-sat menjelang akhir rezim orde lama. Kampus memang menjadi ajang politik yang sangat hangat saat itu. Menwa berfungsi sebagai mata telinga ABRI di kampus dalam rangka menangkap penyusupan PKI ke kampus-kampus. Menwa misalnya menjadi salah satu garda terdepan dalam berhadapan dengan organisasi mahasiswa yang berafiliasi dapa PKI, CGMI, Karena keefektifitasnya, konon DN Aidit, ketua komite sentral PKI pernah meminta kepada Presiden Soekarno untuk membubarkan Menwa. tapi soekarno bilang menwa masih diperlukan nah sampai sekarang menwa lebih mementingkan NKRI
pemuda merupakan asset bangsa yang perannya sangatlah menonjol dalam segala bidang maupun sektor, sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan. Gerakan pemuda mulai dipelopori dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908 sebagian pendirinya adalah pemuda, pelajar, dan mahasiswa.setelah tercetus Sumpah Pemuda 1928 para pemuda, pelajar, dan mahasiswa rela meninggalkan bangku kuliahnya untuk mengangkat senjata guna merebut kemerdekaan yang lebih dikenal dengan nama Tentara Pelajar (TP). Semua itu dilakukan karena mereka memiliki rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang sangat tinggi.
Tim ini kemudian berkembang menjadi Resimen Mahawarman dan diresmikan pada 13 Juni 1959. sesudah mahawarman dan di UI Jakarta dibentuk pula resimen serupa dengan nama mahajaya, pada 1962. perkembangan di kedua universitas ini menjadi daya dorong bagi Resimen mahasiswa yang lain—sebagai salah satu unsure pertahanan sipil(Hansip)—di banyak perguruan tinggi Indonesia lainnya.
Namun yang dilakukan menwa pada saat itu bukanlah untuk melawan para Mahasiswa sendiri. Misalnya Soekarno mengomandokan “Trikora”, para anggota Menwa menjdai bagian dari tim sukarelawan yang dikirim ke Irian Jaya. Jadi betul-betul terjun ke medan pertempuran. Tugas intelijen mulai dilakukan mereka di saat-sat menjelang akhir rezim orde lama. Kampus memang menjadi ajang politik yang sangat hangat saat itu. Menwa berfungsi sebagai mata telinga ABRI di kampus dalam rangka menangkap penyusupan PKI ke kampus-kampus. Menwa misalnya menjadi salah satu garda terdepan dalam berhadapan dengan organisasi mahasiswa yang berafiliasi dapa PKI, CGMI, Karena keefektifitasnya, konon DN Aidit, ketua komite sentral PKI pernah meminta kepada Presiden Soekarno untuk membubarkan Menwa. tapi soekarno bilang menwa masih diperlukan nah sampai sekarang menwa lebih mementingkan NKRI
pemuda merupakan asset bangsa yang perannya sangatlah menonjol dalam segala bidang maupun sektor, sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan. Gerakan pemuda mulai dipelopori dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908 sebagian pendirinya adalah pemuda, pelajar, dan mahasiswa.setelah tercetus Sumpah Pemuda 1928 para pemuda, pelajar, dan mahasiswa rela meninggalkan bangku kuliahnya untuk mengangkat senjata guna merebut kemerdekaan yang lebih dikenal dengan nama Tentara Pelajar (TP). Semua itu dilakukan karena mereka memiliki rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang sangat tinggi.
Sejarah
Resimen Mahasiswa
Resimen Mahasiswa pertama kali dibentuk oleh Jendral Besar A.H.Nasution (alm). Keberadaan MENWA saat itu mengemban misi dan tujuan untuk membendung penyebaran paham komunis dalam kampus. Pada tahun 1959 dengan Keputusan Panglima III/Siliwangi No 40-25/S/1959 diselenggarakan wajib latih bagi mahasiswa perguruan tinggi di Bandung. Pada tahun 1959 digabungkan 3 bentuk DIKHANKAMNAS menjadi 1 bentuk yakni Wajib Latih Mahasiwa (WALAWA) yang menjadi 3 bentuk masing-masing dengan kualifikasi Tamtama Walawa. Bintara dan perwira. 19 Januari 1978 dikeluarkan lagi SKB 3 menteri tentang juklak pembinaan organisasi Resimen Mahasiswa. Bersama Keputusan bersama tiga Menteri Menha, Mendiknas, dan Mendagri dan Otda No:KB/14/M/X/2000, No:6/U/KB/2000, dan No:39 A tahun 2000 tanggal 11 Oktober 2000 tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa. Resimen mahasiswa mahadipa satuan 939 UMP berdiri pada tanggal 5 Oktober 1985 di bawah Komandan Hari Kuswarno.
Semboyan Resimen
Mahasiswa Indonesia adalah "Widya Castrena Dharmasiddha", berasal
dari bahasa Sansekerta yang berarti "Penyempurnaan Pengabdian Dengan Ilmu
Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan". Yang dimaksudkan oleh Ilmu Pengetahuan
adalah segala macam cabang keilmuan yang didapat saat menjadi mahasiswa. Hal
ini dipergunakan untuk menempuh jenjang karier, dengan tidak melupakan tujuan
utama melakukan pengabdian pada masyarakat.
Sedangkan Ilmu Keprajuritan adalah yang bersangkutan dengan jiwa keperwiraan, keksatriaan serta kepemimpinan, bukan sekadar keahlian dalam bertempur atau pun yang sejenis.
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” dan “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……”
Pancasila merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia,
Sedangkan Ilmu Keprajuritan adalah yang bersangkutan dengan jiwa keperwiraan, keksatriaan serta kepemimpinan, bukan sekadar keahlian dalam bertempur atau pun yang sejenis.
Teman-teman,
sebelum kita Mengenal Lebih Dekat Tentang Resimen Mahasiswa “Menwa” Pasopati
UNY mari kita melihat sejarahnya terlebih dahulu...
Awal tahun 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung
untuk meyampaikan kuliah umum kepada para mahasiswa Bandung di depan kampus
ITB.
Setiba dilapangan udara Andir Presiden disambut oleh Panglima
Kodam VI Siliwangi Kolonel R.A Kosasih. Setelah menyalami, Presiden dipersilahkan
untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan bersenjata dengan sangkur. Dengan
didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden diiringi korps musik memeriksa
Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu,
sebelum memasuki mobil yang akan mengantarnya ke kampus ITB, Presiden bertanya
kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana kok tidak memakai tanda
pangkat?”, Pak Kosasih menjawab “Mereka adalah pasukan Resimen Mahasiswa yang
sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan
DI/TII Kartosuwirjo”
Kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina
dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Diantara anggota Resimen
Mahasiswa tersebut yang dikemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Ir.
Siswono Yudo Husodo.
Ketika PKI gagal membentuk angkatan V, DN Aidit mengadu ke Bung
Karno sambil mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen
Mahasiswa, sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No.A3/3046/64
tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk
membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam.
Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan
radiogram tersebut: 1) Menertibkan dan menyatukan bermacam-maacam Resimen
Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi Menteri PTIP No.1 tahun
1962 tertanggal 15 Januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan
Perguruan; 2) Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira
Cadangan melalui Perguruan Tinggi; 3)Dalam upaya melestarikan tradisi semangat
bela negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda.
Sebelum meninggalkan istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno,
bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno
amat singkat “Teruskan!”
Sebagai akibat instruksi Presiden maka munculah Resimen-Resimen
Mahasiswa disetiap Kodam. Di Jawa Barat diberi nama “Resimen Mahawarman”, di
Jakarta diberi nama “Resimen Mahajaya”, dan di Jogyakarta diberi nama “Resimen
Mahakarta”.
Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demonstrasi-demonstrasi
mahasiswa yang tergabung dalam KAMI, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung
Karno di istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan
Resimen Mahasiswa. Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen
Mahasiswa, tertapi malah membubarkan KAMI.
Dahulu di Jawa Barat anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima
penyematan baret pada acara pelantikan, harus terlebih dahulu mengucapkan atau
sumpah yang disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”.
Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu setia
kepada sang Saka Merah Putih, setia kepada Pancasila, setia kepada Konstitusi
(UUD 1945 yang asli), setia kepada NKRI, dan setia kepada cita-cita dan nilai-nilai
kejuangan bangsa. Menurut Pak Sutikno Lukitodisastro (mantan Sekretaris militer
Presiden) “Panca Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau
membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan
salah satu wujud dari “Nation and Character Building”.
Pada awal 1960,
Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk menyampaikan kuliah umum
kepada mahasiswa Bandung di halaman Kampus ITB di jalan Ganesha. Setiba di
Lapangan Udara Andir (Husein Sastranegara)Presiden /Panglima Tertinggi Soekarno
disambut oleh Penguasa Perang Daerah/Panglima Kodam V Siliwangi Kolonel R.A
Kosasi. Setelah menyalami para penyambut kemudian P\residen dipersilahkan untuk
memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Sangkur (penghormatan
senjata dengan pasang sangkur menurut ketentuan hanya diberikan kepada Sang
Saka Merah Putih dan Presiden RI). Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi,
Presiden/Panglima Tertinggi Korps Musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang
memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan
mengantarkannya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi
pasukan darimana kok enggak pakai tanda pangkat?”, Pak Kosasi menjawab”Itu tadi
adalah Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar
Betis” menumpas gerombolan DTI/II Kartosuwiryo”. Kemudian kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan
agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Di antaranya
anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang kemudian hari menjadi tokoh nasional
adalah Siswono Yudho Husodo. Ketika PKI gagal membentuk Angkatan V (buruh dan
tani yang dipersenjatai) karena ditentang oleh TNI (Men/Pangad Jend.A. Yani),
DN Aidit mengadu ke Bung Karno sampai mengajukan protes mengapa TNI diijinkan
membangun Resimen Mahasiswa sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No.
A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah
untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam.
Karena yang menandatangani radiogram tersebut adalah Jend.A.H Nasution sendiri
maka Pak Nas dipanggil Bung Karno untuk klarifikasi. Kepada Bung Karno, Pak Nas
menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut. Menertibkan dan menyatukan
bermacam-macam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi
Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) No. 1 tahun 1962
tertanggal 15 januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan
Perguruan Tinggi dalam ranngka Trikora Pembebasan Irian Barat. Sebagai titik
awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan
Tinggi (ROTC:Reserve Officer Training Corps). Dalam upaya melestarikan tradisi
semangat bela Negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda seperti yang
telah dibuktikan dalam perang kemerdekaan oleh Tentara Pelajar/Corps Mahasiswa.
Sebelum meninggalkan Istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana
kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno mat singkat “Teruskan
!”. Sebagai akibat “instruksi” Presiden maka muncullah Resimen-Resimen
Mahasiswa disetiap Kodam. DiJawa Barat Menteri PTIP Prof Toyib Hadiwijaya
memberi nama “Resimen Mahawarman”. Di Jakarta Pak Nas memberi nama “Resimen
Mahajaya”. Di Yogyakarta Jend. A.Yani memberi nama “Resimen Mahakarta” dan
seterusnya. Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demontrasi-demontrasi mahasiswa
yang tergabung dalam KAMI dan terpengaruh oleh siaran radio Australia yang
menyiarkan berita bahwa TNI akan menggerakkan Resimen Mahasiswa, maka DN Aidit
kembali mengadu ke Bung Karno di Istana dengan permintaan agar Bung Karno
sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa yang “ternyata” adalah
tentaranya Nasution yang dibiayai oleh CIA. Ternyata setelah itu Bung Karno
tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tetapi malah membubarkan KAMI, bahkan HMI
pun tidak dibubarkan. Kisah-kisah tersebut disampaikan sendiri oleh
alm.Letjen.TNI(Purn) R.A. Kosasih kepada penulis sewaktu penulis menjabat
sebagai Kepala Staf Resimen Mahasiswa “Mahawarman” Jawa Barat pada tahun 1970.
Dahulu di Jawa Barat, anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan
baret pada acara pelantikan harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang
disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”. Panca Dharma Satya mengandung
lima nilai kesetiaan, yaitu : Setia kepada Sang Saka Merah Putih Setia kepada
Pancasila Setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli) Setia kepada Negara
(NKRI) Setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa Menurut Pak
Sutikno Lukitosudiro (mantan Sekretaris Militer Presiden) “Panca Dharma Satya”
itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena
menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and
Character Building”. Sekarang di era reformasi ini, pemerintah sengaja
membiarkan Resimen Mahasiswa mati sendiri, bahkan dikalangan elemen mahasiswa
menganggap Resimen Mahasiswa adalah salah satu bentuk militerisme dan alatnya
TNI, jadi harus dibubarkan. Sumber : Tjipto Sukardono (Gedung Juang 45,
Jl.Menteng Raya 3 Jakarta Pusat)
Pada scimitar awal 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke
Bandung untuk menyampaikan kuliah umum kepada mahasiswa Bandung di halaman
Kampus ITB di jalan Ganesha. Setiba di Lapangan Udara Andir (Husein
Sastranegara)Presiden /Panglima Tertinggi Soekarno disambut oleh Penguasa
Perang Daerah/Panglima Kodam V Siliwangi Kolonel R.A Kosasi. Setelah menyalami
para penyambut kemudian P\residen dipersilahkan untuk memeriksa Pasukan Jajar
Kehormatan yang memberikan Sangkur (penghormatan senjata dengan pasang sangkur
menurut ketentuan hanya diberikan kepada Sang Saka Merah Putih dan Presiden
RI). Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden/Panglima Tertinggi
Korps Musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan
Militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarkannya ke
kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana
kok enggak pakai tanda pangkat?”, Pak Kosasi menjawab”Itu tadi adalah Resimen
Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis”
menumpas gerombolan DTI/II Kartosuwiryo”. Kemudian
kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena
mereka adalah calon-calon pemimpin. Di antaranya anggota Resimen Mahasiswa
tersebut yang kemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Siswono Yudho Husodo.
Ketika PKI gagal membentuk Angkatan V (buruh dan tani yang dipersenjatai)
karena ditentang oleh TNI (Men/Pangad Jend.A. Yani), DN Aidit mengadu ke Bung
Karno sampai mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen
Mahasiswa sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No. A3/3046/64
tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk
membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam. Karena
yang menandatangani radiogram tersebut adalah Jend.A.H Nasution sendiri maka
Pak Nas dipanggil Bung Karno untuk klarifikasi. Kepada Bung Karno, Pak Nas
menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut. Menertibkan dan
menyatukan bermacam-macam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya
instruksi Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) No. 1 tahun 1962
tertanggal 15 januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan
Perguruan Tinggi dalam ranngka Trikora Pembebasan Irian Barat. Sebagai titik
awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan
Tinggi (ROTC:Reserve Officer Training Corps). Dalam upaya melestarikan tradisi
semangat bela Negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda seperti yang
telah dibuktikan dalam perang kemerdekaan oleh Tentara Pelajar/Corps Mahasiswa.
Sebelum meninggalkan Istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana
kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno mat singkat
“Teruskan !”. Sebagai akibat “instruksi” Presiden maka muncullah
Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap Kodam. DiJawa Barat Menteri PTIP Prof Toyib
Hadiwijaya memberi nama “Resimen Mahawarman”. Di Jakarta Pak Nas memberi nama
“Resimen Mahajaya”. Di Yogyakarta Jend. A.Yani memberi nama “Resimen Mahakarta”
dan seterusnya. Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demontrasi-demontrasi
mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dan terpengaruh oleh siaran radio Australia
yang menyiarkan berita bahwa TNI akan menggerakkan Resimen Mahasiswa, maka DN
Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di Istana dengan permintaan agar Bung Karno
sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa yang “ternyata” adalah
tentaranya Nasution yang dibiayai oleh CIA. Ternyata setelah itu Bung Karno
tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tetapi malah membubarkan KAMI, bahkan HMI
pun tidak dibubarkan. Kisah-kisah tersebut disampaikan sendiri oleh
alm.Letjen.TNI(Purn) R.A. Kosasih kepada penulis sewaktu penulis menjabat
sebagai Kepala Staf Resimen Mahasiswa “Mahawarman” Jawa Barat pada tahun 1970.
Dahulu di Jawa Barat, anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan
baret pada acara pelantikan harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang
disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”. Panca Dharma Satya mengandung
lima nilai kesetiaan, yaitu : Setia kepada Sang Saka Merah Putih Setia kepada
Pancasila Setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli) Setia kepada Negara
(NKRI) Setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa Menurut Pak
Sutikno Lukitosudiro (mantan Sekretaris Militer Presiden) “Panca Dharma Satya”
itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena
menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and
Character Building”. Sekarang di era reformasi ini, pemerintah sengaja
membiarkan Resimen Mahasiswa mati sendiri, bahkan dikalangan elemen mahasiswa
menganggap Resimen Mahasiswa adalah salah satu bentuk militerisme dan alatnya
TNI, jadi harus dibubarkan. Sumber : Tjipto Sukardono (Gedung Juang 45,
Jl.Menteng Raya 3 Jakarta Pusat)
Pancasila merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia,
PANCA DHARMA SATYA
TEKAD PENDIRIAN RESIMEN MAHASISWA
Tekad dan Pendirian Resimen Mahasiswa Indonesia
1. BAHWA KAMI SETIA KEPADA PANCASILA DAN UNDANG – UNDANG DASAR 1945 SERTA BERTEKAD MEMPERTAHANKANNYA DENGAN TIDAK MENGENAL MENYERAH.
2. BAHWA KAMI WAJIB TURUT MEMBINA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA.
3. BAHWA KAMI MENJUNJUNG TINGGI DAN IKUT SERTA MEMBINA DAN MENGAMALKAN NILAI – NILAI LUHUR KEBUDAYAAN BANGSA INDONESIA.
4. BAHWA KAMI WAJIB SENANTIASA MENGAMALKAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI UNTUK KESEJAHTERAAN BANGSA DAN NEGARA.
5. BAHWA KAMI WAJIB PATUH DAN TAAT MELAKSANAKAN TATA TERTIB RESIMEN MAHASISWA INDONESIA.
2. BAHWA KAMI WAJIB TURUT MEMBINA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA.
3. BAHWA KAMI MENJUNJUNG TINGGI DAN IKUT SERTA MEMBINA DAN MENGAMALKAN NILAI – NILAI LUHUR KEBUDAYAAN BANGSA INDONESIA.
4. BAHWA KAMI WAJIB SENANTIASA MENGAMALKAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI UNTUK KESEJAHTERAAN BANGSA DAN NEGARA.
5. BAHWA KAMI WAJIB PATUH DAN TAAT MELAKSANAKAN TATA TERTIB RESIMEN MAHASISWA INDONESIA.
Menwa lahir untuk NKRI💪
BalasHapus