SELAMAT DATANG MELIHAT SEKILAS ALBUM ALBUM DI BLOG ASMURANSYAH SEMOGA BERMANFAAT TERIMA KASIH ATAS PERHATIAANNYA

Minggu, 20 Oktober 2013

SEJARAH BERDIRINYA RESIMEN MAHASISWA INDONESIA

SEJARAH PENDIRIAN MENWA
Tanggal 13 Juni – 14 September 1959 diadakan wajib latih bagi para mahasiswa di Jawa Barat. Mahasiswa yang memperoleh latihan ini siap mempertahankan home-front dan bila perlu ikut memanggul senapan ke medan laga. Mahasiswa-mahasiswa walawa (WAJIB LATIH) dididik di Kodam VI/ Siliwangi dan para walawa diberi hak mengenakan lambang Siliwangi.
Pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta, Komando Pimpinan Besar Revolusi Presiden RI Bung Karno mencetuskan Trikora. Seluruh rakyat menyambut komando ini dengan gegap gempita dengan semangat revolusi untuk merebut Irian Barat; termasuk juga mahasiswanya.
Isi Trikora:
1. Pantjangkan Sangsaka Merah Putih di Irian Barat
2. Gagalkan Negara Boneka Papua
3. Adakan Mobilisasi Umum
Sejak Trikora bergema maka kewaspadaan nasional makin diperkuat, makin memuncak sehingga timbul rencana pendidikan perwira cadangan di Perguruan Tinggi. Berdasarkan dua surat keputusan Pangdam VI Siliwangi, maka oleh pihak Universitas pada 20 Januari 1962 dibentuk suatu badan koordinasi yang diberi nama Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Dam VI Siliwangi (disingkat BPP) Resimen Mahasiswa DAM VI/ Siliwangi, beranggotakan :
1. Prof. drg. R. G. Surya Sumantri ( Rektor Unpad) selaku Koordinator
2. Dr. Isrin Nurdin (Pembantu Rektor ITB) selaku Wakil Koordinator I
3. Drs. Kusdarminto (PR Unpar) selaku wakil Koordinator II
4. Major. Moch. Sunarman dari PUS PSYAD pada waktu itu selaku sekretaris.
Pada Februari 1962 diadakan Refreshing Course selama sepuluh minggu di Resimen Induk Infantri dan dilanjutkan dengan latihan selama 14 hari yang dikenal dengan sebutan Latihan Pasopati. Pada 20 Mei 1962 anggota Resimen Mahasiswa Angkatan 1959 dilantik oleh Pangdam VI/SLW menjadi bagian organik dari Kodam VI/SLW. Dalam rencana kerja empat tahunnya tercantumlah pembentukan kader inti dan ini sudah terlaksana sejak permulaan semester 2 tahun ajaran 1962-1963. termasuk pembentukan kader inti putri. Mahasiswa/i Jabar (Bandung khususnya) mengikuti Latihan di Bihbul, tempat penggodokan prajurit-prajurit TNI. (Sekarang Secaba Dam III/ Slw, Bihbul).
Satuan-satuan inti dari Yon mahasiswa dari beberapa universitas dan akademi dikirim ke tempat ini di bawah asuhan pelatih-pelatih dari RINSIL. 12 Juni 1964 keluarlah Surat Keputusan Menteri Koordinator Komponen Pertahanan dan Keamanan DR. A.H. Nasution Jenderal TNI yang mengesahkan Duaja Resimen Mahawarman. Penyerahan Duaja dilakukan oleh Menko sendiri. Garuda Mahawarman resmi berdiri berdampingan dengan Harimau Siliwangi.

MASA PENEGAKAN KEDAULATAN REPUBLIK INDONESIA     
  1. Dengan diakuinya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai hasil keputusan KMB di Den Haag, pada tanggal 27 Desember 1949, maka perang kemerdekaan, yang telah mengorbankan jiwa, raga dan penderitaan rakyat berakhir sudah, Karenanya pemerintah memandang perlu agar para pemuda pelajar dan mahasiswa yang telah ikut berjuang dalam perang kemerdekaan, dapat menentukan masa depannya, yaitu perlu diberi kesempatan untuk melanjutkan tugas pokoknya, "BELAJAR". Sehingga pada tanggal  31 Januari 1952 pemerintah melikuidasi dan melakukan demobilisasi Brigade 17/TNI-Tentara Pelajar. Para anggotanya diberi dua pilihan, terus mengabdi sebagai prajurit TNI atau melanjutkan studi.
  2. Kondisi sosial ekonomi dan politik di dalam negeri sebagai akibat dari pengerahan tenaga rakyat dalam perang kemerdekaan, dianggap perlu diatur dan ditetapkan dengan undang - undang. Maka dikeluarkanlah Undang - Undang No. 29 tahun 1954 tentang Pertahanan Negara. Pada dekade 1950-an, ternyata perjalanan bangsa dan negara ini mengalami banyak ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Pemberontakan demi pemberontakan terjadi di tengan - tengah perjuangan untuk membangun dirinya. Pemberontakan itu antara lain DI/TII, pemberontakan Kartosuwiryo dan sebagainya. Pemberontakan meminta banyak korban dan penderitaan rakyat banyak. Rakyat tidak bisa hidup dengan tenang, karena situasi tidak aman dan penuh kecemasan.
Memperhatikan kondisi semacam itu, satu tradisi lahir kembali. Para Mahasiswa terjun dalam perjuangan bersenjata untuk ikut serta mempertahankan membela NKRI bersama - sama ABRI. Sebagai realisasi pelaksanaan Undang Undang No. 29 tahun 1954, diselenggarakan wajib latih di kalangan mahasiswa dengan pilot project di Bandung pada tanggal 13 Juni 1959, yang kemudian   dikenal dengan WALA 59 (Wajib Latih tahun 1959). Wala 59 merupakan batalyon inti mahasiswa yang merupakan cikal bakal Resimen Mahasiswa. Kemudian disusul Batalyon 17 Mei di Kalimantan Selatan. Bermula dari itulah, pada masa demokrasi terpimpin dengan politik konfrontasi dalam hubungan luar negeri, telah menggugah semangat patriotisme dan kebangsaan mahasiswa untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa sebagai sukarelawan. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan kemiliteran selanjutnya dilaksanakan untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai potensi Hankamneg melalui RINWA (Resimen Induk Mahasiswa), yang selanjutnya namanya berubah menjadi MENWA.

MENGENAL LEBIH DEKAT PERJALANAN 

SEJARAH  RESIMEN MAHASISWA

Di era orde baru salah satu perkembangan terpenting dalam perjalanan Menwa adalah keluarnya surat Keputusan Bersama tiga Menteri, Mendikbud, Menhankam, mendagri No.Kep/39/XI/1975 tanggal 11/11/75 ttentang pembinaan organisasi Menwa ; yang ditindak lanjuti dengan SKB menhankam,Mendikbud, dan Mendagri No.Kep 02/!/1978 tanggal 19/1/1978 tentang petunjuk pelaksanaan Pembinaan organisasi menwa . secara umum sasaran pembinaan menwa di arahkan pada
1. terwujudnya menwa sebagsai patriot pejuang, pelopor dalam pembangunan sebagai inssan Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan YME
2. terwujudnya identitas Menwa sebagai mahasiswa Indonesia yang terlatih dan sadar akan tanggung jawabnya dalam pembangunan negara serta menjunjung tinggi Tri Dharma Perguruan Tinggi selain sebagai komponen kekuatan Hankam
3. tewujudnya penghayatan, penyerapan serta pelaksanaan tekad dan pendirian Resimen mahasiswa Indonesia sebagai sumpah setia terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Melalui konsep NKK/BKK, yang dicetuskan oleh DR. Daoed Joesoef, Mendikbud waktu itu, Menwa ditempatkan sebagai salah satu unit kegiatan resmi di tingkat universitas. Dengan mereka mempunyai kesejajaran dengan unit kegiatan mahasiswa (ukm) lainnya seprti Pecinta Alam, marching Band, Pramuka , pers kampus dll. Mereka digolongkan dalam pembianaan minat, bakat dan Kegemaran. Namun secara structural pembinaan meliputi tran- departemental, disitulah awal “konflik” itu barangkali timbul.
Dalam wacana kemahasiswaan,mereka dibawah mendikbud, karena semata-mata mereka adalah mahasiswa Indonesia , yang juga mahasiswa Indonesia lainnya yang memiliki status mahasiswa. Unsur pembinaan dari Menhankam , oleh karena itu secara atributifdan posisi mahasiswa itu dibekali dengan teori-teori dan praktik ketentaraan dan kesatrian yang seperti yang dicontohkan untuk militer kita, dan berkaitan dengan Depdagri, karena walau bagaimanapun, sebagai salah satu bentuk dari unsure bela negara, maka dia ditempatkan di bawah koordinasi Pertahanan sipil, yakni Mawil hansip. Jadi memang secara structural pula, Menwa adalah Komcadnas.
Sedang aspek paling menonjol karena fungsi kesetaraan itu di Indonesia itu untuk trend sekarang dibawah Orde Baru adalah bahwa ABRi ikut terjun dalam dunia politik, maka sulit rasanya di elakkan kalau dikatakan bahwa mereka pun telah memainkan fungsi-fungsi dari DWI-fungsi ABRI. Ini pulalah memicu tuduhan bahwa mereka dalam performansinya lebih mirip tentara dari pada sebagai sosok mahasiswa. Ini terlihat dari atribut yang dikenakan , dari cara berjalan , dan secara psikologis jiwa sesama korps (espirit de corps) lebih kuat karena mereka digodok di kawah candradimuka untuk beberapa minggu. “Setting” politik ini memang tak menguntungkan Menwa “generasi baru” ini sejak awal mereka diposisikan sebagai pengamanan kampus yang harus berhadapan dengan gerakan-gerakan mahasiswa yang semakin terdesak ke dalam kampus. Saat itu lazim terdengar ejekan kepada menwa sebagai “alat penguasa”. Kerana sejak akhir 1970-an, mereka cenderung diminorkan oleh mahasiswa relatif menyusut, sumber perselisihan antar menwa dengan non-menwwa berlangsung pada wilayah ini. Karena, terkadang , persoalan sepele—perbedaan penafsiran tentang kedisiplinan misalnya— menwa ditempatkan sebagai penjaga kepentingan dan pimpinan perguruan tinggi setiap kali terjadi konflik dengan mahasiswa. bagaimana sekarang sikap menwa dikampus..kita lihat saja pergerakan mahasiswa sekarang lebih brutal merusak kampus dan perkalian antar kampus maupun antar fakultas..apa menwa sekarang berdiam diri..siapa yang salah sebenarnya..? pasti perubahan yang kebabbalasan kurang perhatiannya para rektorat dengan Menwa indonsia

Sejarah Menwa bisa dilacak sampai 49 tahun yang lalu. Yang mengawali nya adalah keterlibatan sejumlah mahasiswa FK-Unpad dalam penumpasan DI/TII Karto suwiryo, 1959. mereka diikut sertakan langsug dalam operasi militer tersebut, sesudah memperoleh latihan militer di Kodam militer Siliwangi.
Tim ini kemudian berkembang menjadi Resimen Mahawarman dan diresmikan pada 13 Juni 1959. sesudah mahawarman dan di UI Jakarta dibentuk pula resimen serupa dengan nama mahajaya, pada 1962. perkembangan di kedua universitas ini menjadi daya dorong bagi Resimen mahasiswa yang lain—sebagai salah satu unsure pertahanan sipil(Hansip)—di banyak perguruan tinggi Indonesia lainnya.
Namun yang dilakukan menwa pada saat itu bukanlah untuk melawan para Mahasiswa sendiri. Misalnya Soekarno mengomandokan “Trikora”, para anggota Menwa menjdai bagian dari tim sukarelawan yang dikirim ke Irian Jaya. Jadi betul-betul terjun ke medan pertempuran. Tugas intelijen mulai dilakukan mereka di saat-sat menjelang akhir rezim orde lama. Kampus memang menjadi ajang politik yang sangat hangat saat itu. Menwa berfungsi sebagai mata telinga ABRI di kampus dalam rangka menangkap penyusupan PKI ke kampus-kampus. Menwa misalnya menjadi salah satu garda terdepan dalam berhadapan dengan organisasi mahasiswa yang berafiliasi dapa PKI, CGMI, Karena keefektifitasnya, konon DN Aidit, ketua komite sentral PKI pernah meminta kepada Presiden Soekarno untuk membubarkan Menwa.
 tapi soekarno bilang menwa masih diperlukan nah sampai sekarang menwa lebih mementingkan NKRI

pemuda merupakan asset bangsa yang perannya sangatlah menonjol dalam segala bidang maupun sektor, sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan. Gerakan pemuda mulai dipelopori dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908 sebagian pendirinya adalah pemuda, pelajar, dan mahasiswa.setelah tercetus Sumpah Pemuda 1928 para pemuda, pelajar, dan mahasiswa rela meninggalkan bangku kuliahnya untuk mengangkat senjata guna merebut kemerdekaan yang lebih dikenal dengan nama Tentara Pelajar (TP). Semua itu dilakukan karena mereka memiliki rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang sangat tinggi. 
Sejarah Resimen Mahasiswa

Resimen Mahasiswa pertama kali dibentuk oleh Jendral Besar A.H.Nasution (alm). Keberadaan MENWA saat itu mengemban misi dan tujuan untuk membendung penyebaran paham komunis dalam kampus. Pada tahun 1959 dengan Keputusan Panglima III/Siliwangi No 40-25/S/1959 diselenggarakan wajib latih bagi mahasiswa perguruan tinggi di Bandung. Pada tahun 1959 digabungkan 3 bentuk DIKHANKAMNAS menjadi 1 bentuk yakni Wajib Latih Mahasiwa  (WALAWA) yang menjadi 3 bentuk masing-masing dengan kualifikasi Tamtama Walawa. Bintara dan perwira. 19 Januari 1978 dikeluarkan lagi SKB 3 menteri tentang juklak pembinaan organisasi Resimen Mahasiswa. Bersama Keputusan bersama tiga Menteri Menha, Mendiknas, dan Mendagri dan Otda No:KB/14/M/X/2000, No:6/U/KB/2000, dan No:39 A tahun 2000 tanggal 11 Oktober 2000 tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa. Resimen mahasiswa mahadipa satuan 939 UMP berdiri pada tanggal 5 Oktober 1985 di bawah Komandan Hari Kuswarno.

Semboyan Resimen Mahasiswa Indonesia adalah "Widya Castrena Dharmasiddha", berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "Penyempurnaan Pengabdian Dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan". Yang dimaksudkan oleh Ilmu Pengetahuan adalah segala macam cabang keilmuan yang didapat saat menjadi mahasiswa. Hal ini dipergunakan untuk menempuh jenjang karier, dengan tidak melupakan tujuan utama melakukan pengabdian pada masyarakat.

Sedangkan Ilmu Keprajuritan adalah yang bersangkutan dengan jiwa keperwiraan, keksatriaan serta kepemimpinan, bukan sekadar keahlian dalam bertempur atau pun yang sejenis.

Teman-teman, sebelum kita Mengenal Lebih Dekat Tentang Resimen Mahasiswa “Menwa” Pasopati UNY mari kita melihat sejarahnya terlebih dahulu...
Awal tahun 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk meyampaikan kuliah umum kepada para mahasiswa Bandung di depan kampus ITB.
Setiba dilapangan udara Andir Presiden disambut oleh Panglima Kodam VI Siliwangi Kolonel R.A Kosasih. Setelah menyalami, Presiden dipersilahkan untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan bersenjata dengan sangkur. Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden diiringi korps musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarnya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana kok tidak memakai tanda pangkat?”, Pak Kosasih menjawab “Mereka adalah pasukan Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan DI/TII Kartosuwirjo”
Kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Diantara anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang dikemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Ir. Siswono Yudo Husodo.
Ketika PKI gagal membentuk angkatan V, DN Aidit mengadu ke Bung Karno sambil mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa, sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No.A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam.
Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut: 1) Menertibkan dan menyatukan bermacam-maacam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi Menteri PTIP No.1 tahun 1962 tertanggal 15 Januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan Perguruan; 2) Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi; 3)Dalam upaya melestarikan tradisi semangat bela negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda.
Sebelum meninggalkan istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno amat singkat “Teruskan!”
Sebagai akibat instruksi Presiden maka munculah Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap Kodam. Di Jawa Barat diberi nama “Resimen Mahawarman”, di Jakarta diberi nama “Resimen Mahajaya”, dan di Jogyakarta diberi nama “Resimen Mahakarta”.
Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa. Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tertapi malah membubarkan KAMI.
Dahulu di Jawa Barat anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada acara pelantikan, harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”.
Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu setia kepada sang Saka Merah Putih, setia kepada Pancasila, setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli), setia kepada NKRI, dan setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa. Menurut Pak Sutikno Lukitodisastro (mantan Sekretaris militer Presiden) “Panca Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and Character Building”.
Pada awal 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk menyampaikan kuliah umum kepada mahasiswa Bandung di halaman Kampus ITB di jalan Ganesha. Setiba di Lapangan Udara Andir (Husein Sastranegara)Presiden /Panglima Tertinggi Soekarno disambut oleh Penguasa Perang Daerah/Panglima Kodam V Siliwangi Kolonel R.A Kosasi. Setelah menyalami para penyambut kemudian P\residen dipersilahkan untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Sangkur (penghormatan senjata dengan pasang sangkur menurut ketentuan hanya diberikan kepada Sang Saka Merah Putih dan Presiden RI). Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden/Panglima Tertinggi Korps Musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarkannya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana kok enggak pakai tanda pangkat?”, Pak Kosasi menjawab”Itu tadi adalah Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan DTI/II Kartosuwiryo”. Kemudian kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Di antaranya anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang kemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Siswono Yudho Husodo. Ketika PKI gagal membentuk Angkatan V (buruh dan tani yang dipersenjatai) karena ditentang oleh TNI (Men/Pangad Jend.A. Yani), DN Aidit mengadu ke Bung Karno sampai mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No. A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam. Karena yang menandatangani radiogram tersebut adalah Jend.A.H Nasution sendiri maka Pak Nas dipanggil Bung Karno untuk klarifikasi. Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut. Menertibkan dan menyatukan bermacam-macam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) No. 1 tahun 1962 tertanggal 15 januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan Perguruan Tinggi dalam ranngka Trikora Pembebasan Irian Barat. Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi (ROTC:Reserve Officer Training Corps). Dalam upaya melestarikan tradisi semangat bela Negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda seperti yang telah dibuktikan dalam perang kemerdekaan oleh Tentara Pelajar/Corps Mahasiswa. Sebelum meninggalkan Istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno mat singkat “Teruskan !”. Sebagai akibat “instruksi” Presiden maka muncullah Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap Kodam. DiJawa Barat Menteri PTIP Prof Toyib Hadiwijaya memberi nama “Resimen Mahawarman”. Di Jakarta Pak Nas memberi nama “Resimen Mahajaya”. Di Yogyakarta Jend. A.Yani memberi nama “Resimen Mahakarta” dan seterusnya. Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demontrasi-demontrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dan terpengaruh oleh siaran radio Australia yang menyiarkan berita bahwa TNI akan menggerakkan Resimen Mahasiswa, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di Istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa yang “ternyata” adalah tentaranya Nasution yang dibiayai oleh CIA. Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tetapi malah membubarkan KAMI, bahkan HMI pun tidak dibubarkan. Kisah-kisah tersebut disampaikan sendiri oleh alm.Letjen.TNI(Purn) R.A. Kosasih kepada penulis sewaktu penulis menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Mahasiswa “Mahawarman” Jawa Barat pada tahun 1970. Dahulu di Jawa Barat, anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada acara pelantikan harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”. Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu : Setia kepada Sang Saka Merah Putih Setia kepada Pancasila Setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli) Setia kepada Negara (NKRI) Setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa Menurut Pak Sutikno Lukitosudiro (mantan Sekretaris Militer Presiden) “Panca Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and Character Building”. Sekarang di era reformasi ini, pemerintah sengaja membiarkan Resimen Mahasiswa mati sendiri, bahkan dikalangan elemen mahasiswa menganggap Resimen Mahasiswa adalah salah satu bentuk militerisme dan alatnya TNI, jadi harus dibubarkan. Sumber : Tjipto Sukardono (Gedung Juang 45, Jl.Menteng Raya 3 Jakarta Pusat)

Pada scimitar awal 1960, Bung Karno melakukan kunjungan kerja ke Bandung untuk menyampaikan kuliah umum kepada mahasiswa Bandung di halaman Kampus ITB di jalan Ganesha. Setiba di Lapangan Udara Andir (Husein Sastranegara)Presiden /Panglima Tertinggi Soekarno disambut oleh Penguasa Perang Daerah/Panglima Kodam V Siliwangi Kolonel R.A Kosasi. Setelah menyalami para penyambut kemudian P\residen dipersilahkan untuk memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Sangkur (penghormatan senjata dengan pasang sangkur menurut ketentuan hanya diberikan kepada Sang Saka Merah Putih dan Presiden RI). Dengan didampingi oleh Panglima Siliwangi, Presiden/Panglima Tertinggi Korps Musik memeriksa Pasukan Jajar Kehormatan yang memberikan Penghormatan Militer. Setelah itu, sebelum memasuki mobil yang akan mengantarkannya ke kampus ITB, Presiden bertanya kepada Panglima “Kos, itu tadi pasukan darimana kok enggak pakai tanda pangkat?”, Pak Kosasi menjawab”Itu tadi adalah Resimen Mahasiswa yang sedang dipersiapkan untuk membantu “Operasi Pagar Betis” menumpas gerombolan DTI/II Kartosuwiryo”. Kemudian kepada Kolonel R.A Kosasih, Bung Karno berpesan agar dibina dengan baik karena mereka adalah calon-calon pemimpin. Di antaranya anggota Resimen Mahasiswa tersebut yang kemudian hari menjadi tokoh nasional adalah Siswono Yudho Husodo. Ketika PKI gagal membentuk Angkatan V (buruh dan tani yang dipersenjatai) karena ditentang oleh TNI (Men/Pangad Jend.A. Yani), DN Aidit mengadu ke Bung Karno sampai mengajukan protes mengapa TNI diijinkan membangun Resimen Mahasiswa sambil menunjukkan radiogram Menko Hankam Kasab No. A3/3046/64 tertanggal 21 April 1964 yang ditujukan kepada semua Panglima Daerah untuk membentuk dan menyeragamkan Resimen Mahasiswa yang ada disetiap Kodam. Karena yang menandatangani radiogram tersebut adalah Jend.A.H Nasution sendiri maka Pak Nas dipanggil Bung Karno untuk klarifikasi. Kepada Bung Karno, Pak Nas menjelaskan tentang maksud dan tujuan radiogram tersebut. Menertibkan dan menyatukan bermacam-macam Resimen Mahasiswa yang timbul sebagai akibat adanya instruksi Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) No. 1 tahun 1962 tertanggal 15 januari tentang pembentukan Korps Sukarelawan dilingkungan Perguruan Tinggi dalam ranngka Trikora Pembebasan Irian Barat. Sebagai titik awal untuk merintis Program Pendidikan Perwira Cadangan melalui Perguruan Tinggi (ROTC:Reserve Officer Training Corps). Dalam upaya melestarikan tradisi semangat bela Negara dan patriotisme dikalangan intelektual muda seperti yang telah dibuktikan dalam perang kemerdekaan oleh Tentara Pelajar/Corps Mahasiswa. Sebelum meninggalkan Istana, Pak Nas bertanya kepada Bung Karno, bagaimana kelanjutannya untuk mengikuti petunjuk beliau, jawaban Bung Karno mat singkat “Teruskan !”. Sebagai akibat “instruksi” Presiden maka muncullah Resimen-Resimen Mahasiswa disetiap Kodam. DiJawa Barat Menteri PTIP Prof Toyib Hadiwijaya memberi nama “Resimen Mahawarman”. Di Jakarta Pak Nas memberi nama “Resimen Mahajaya”. Di Yogyakarta Jend. A.Yani memberi nama “Resimen Mahakarta” dan seterusnya. Di akhir tahun 1965, terdesak oleh demontrasi-demontrasi mahasiswa yang tergabung dalam KAMI dan terpengaruh oleh siaran radio Australia yang menyiarkan berita bahwa TNI akan menggerakkan Resimen Mahasiswa, maka DN Aidit kembali mengadu ke Bung Karno di Istana dengan permintaan agar Bung Karno sesegera mungkin membubarkan Resimen Mahasiswa yang “ternyata” adalah tentaranya Nasution yang dibiayai oleh CIA. Ternyata setelah itu Bung Karno tidak membubarkan Resimen Mahasiswa, tetapi malah membubarkan KAMI, bahkan HMI pun tidak dibubarkan. Kisah-kisah tersebut disampaikan sendiri oleh alm.Letjen.TNI(Purn) R.A. Kosasih kepada penulis sewaktu penulis menjabat sebagai Kepala Staf Resimen Mahasiswa “Mahawarman” Jawa Barat pada tahun 1970. Dahulu di Jawa Barat, anggota Resimen Mahasiswa sebelum menerima penyematan baret pada acara pelantikan harus terlebih dahulu mengucapkan atau sumpah yang disebut “Panca Dharma Satya Resimen Mahasiswa”. Panca Dharma Satya mengandung lima nilai kesetiaan, yaitu : Setia kepada Sang Saka Merah Putih Setia kepada Pancasila Setia kepada Konstitusi (UUD 1945 yang asli) Setia kepada Negara (NKRI) Setia kepada cita-cita dan nilai-nilai kejuangan bangsa Menurut Pak Sutikno Lukitosudiro (mantan Sekretaris Militer Presiden) “Panca Dharma Satya” itulah yang membuat Bung Karno tidak mau membubarkan Resimen Mahasiswa karena menganggap Resimen Mahasiswa merupakan salah satu wujud dari “Nation and Character Building”. Sekarang di era reformasi ini, pemerintah sengaja membiarkan Resimen Mahasiswa mati sendiri, bahkan dikalangan elemen mahasiswa menganggap Resimen Mahasiswa adalah salah satu bentuk militerisme dan alatnya TNI, jadi harus dibubarkan. Sumber : Tjipto Sukardono (Gedung Juang 45, Jl.Menteng Raya 3 Jakarta Pusat)

setetes tinta dapat menggerakan sejuta manusia untuk berfikir

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”    dan    “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……”
Pancasila merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia,


PANCA DHARMA SATYA
TEKAD PENDIRIAN RESIMEN MAHASISWA

Tekad dan Pendirian Resimen Mahasiswa Indonesia

1. BAHWA KAMI SETIA KEPADA PANCASILA DAN UNDANG – UNDANG DASAR 1945 SERTA BERTEKAD MEMPERTAHANKANNYA DENGAN TIDAK MENGENAL MENYERAH.

2. BAHWA KAMI WAJIB TURUT MEMBINA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA.

3. BAHWA KAMI MENJUNJUNG TINGGI DAN IKUT SERTA MEMBINA DAN MENGAMALKAN NILAI – NILAI LUHUR KEBUDAYAAN BANGSA INDONESIA.

4. BAHWA KAMI WAJIB SENANTIASA MENGAMALKAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI UNTUK KESEJAHTERAAN BANGSA DAN NEGARA.

5. BAHWA KAMI WAJIB PATUH DAN TAAT MELAKSANAKAN TATA TERTIB RESIMEN MAHASISWA INDONESIA.


1 komentar: